Menyapa Hantu-hantu Jalan Braga, Katanya Ada yang Horor Beneran…

Menyapa Hantu-hantu Jalan Braga, Katanya Ada yang Horor Beneran…

JUMAT menjelang malam, hujan kecil yang mengguyur Kota Bandung  membuat cuaca menjadi begitu dingin. Bandung  yang sudah panas, sore ba’da maghrib itu seperti Bandung  baheula, dingin dan menusuk pori-pori. Space parkiran sepanjang  Jalan Braga sudah mulai penuh oleh para pengunjung yang datang dari berbagai arah. Ada yang sekadar nongkrong sambil ngopi-ngopi di kafe, chekin di hotel berbintang dan yang lebih banyak yang sekadar jalan-jalan dan duduk di kursi trotoar. Meski hujan lalu-lalang orang dan suara musik di Jalan Braga tetap ramai. Di tengah keramaian, tampak ada sosok-sosok tubuh memakai baju putih dengan rambut panjang dan kaki yang tidak terlihat. Mereka duduk-duduk termenung di trotoar Jalan Braga depan Gedung Merdeka. Mereka adalah kuntilanak, jurig  atau makhluk halus lainnya yang menyeramkan. Hantu-hantu Jalan Braga Kenapa para hantu itu banyak di Jalan Braga yang hiruk pikuk, meski gedung-gedung peninggalan Belanda itu tampak seram jika sunyi. Dari sebelah kanan seorang balita yang digendong bapaknya berteriak ketakutan saat berpapasan dengan hantu-hantu itu. Karuan saja karena sang anak melihat dari dekat sosok aneh dengan wajah putih pucat dengan warna hitam di area mata dan merah di sekitar hidung. Ketika orang berjalan mendekatinya, mereka langsung berlari ketakutan, termasuk  si anak itu. Namun, ada pula orang yang sengaja mendekat untuk berfoto bersama. “Jangan takut de… ,â€ itu cuma hantu bo'ongan,â€ ujar bapak anak itu menenangkan anaknya. Ya, memang mereka para hantu itu bukan hantu beneran. Mereka adalah anak-anak muda, mungkin bisa dibilang seniman, atau aktor. Atau entah apalah namanya. Mereka datang ke jalan Braga karena pekerjaan yang dijalani untuk mengais rezeki. Ketika salah seorang dari mereka ditanya, mengapa penampilannya seperti itu, dia mengatakan hal itu adalah cosplay dengan karakter misteri. Hantu-hantu Jalan Braga Sosok di balik kuntilanak itu saat didekati mengaku bernama Bawok. Ia mengaku memakai kostum kuntilanak butuh persiapan. “Kostum ini saya bikin sendiri dengan harga yang tidak terlalu mahal. Peralatan rias ada tiga warna, merah, putih, dan hitam sekitar Rp 150 ribu cukup untuk satu bulan. Peralatan yang agak mahal paling di rambut palsu, sekitar Rp 300 ribu. Biasanya saya berdandan mulai pukul 8 malam. Pukul 9 malam baru ke area Jalan Braga supaya anak kecil tidak terlalu banyak. Jadi, mereka tidak ketakutan,â€ akunya. Malam semakin larut, para hantu Jalan Braga itu kemudian menghilang pulang dan jalanan menjadi agak sepi. Saya dan Hasan, kawan saya masih duduk-duduk di kursi trotoar Braga. Sambil menunggu senior yang masih rapat di Lantai 5 Hotel Kimaya, kita ngopi dan mereka-reka gedung-gedung tua peninggalan Belanda yang ada di Jalan Braga. Berapa tahun usianya?  Kandungan sejarahnya yang sudah diketahui di buku-buku sejarah dan berapa kali direnovasi hingga bentuknya masih kokoh-kokoh. Hantu-hantu Jalan Braga “ Kira-kira ada yang angker ga ya?â€ tanya Hasan kepada saya. Sebagai seorang jurnalis se-Jawa Barat.-- Ya karena Hasan adalah wartawan yang juga biasa meliput di lingkungan Polda Jabar di Jalan Soekarno-Hatta--- saya balik bertanya pada dia. “Menurutmu angker ga? Karena menurut saya angker tidaknya sebuah bangunan tua itu sangat subyektif, Tergantung bagaimana kita memikirkannya.â€ “Kalau persepsi kita seperti anak kecil yang sore tadi teriak histeris melihat hantu bohongan, ya itu angker menurut si anak, karena menimbulkan rasa takut. Tapi kan bapaknya tidak merasakan ketakutan itu.â€ Horor Beneran Hasan pun menyela pembahasan saya sambil menceritakan pengalaman teman-temannya yang pernah merasakan kejadian horor di Jalan Braga. “Horor beneran, bukan kuntilanak boongan. Tapi kejadian misteri yang menakutkan,â€ kata dia meyakinkan. Singkat cerita ia mencerikan ulang cerita temannya yang pernah menginap di salah satu hotel di Jalan Braga. Diceritakan, selama pandemi virus corona pastinya membuat banyak orang bosan menghabiskan waktu di rumah, demikian juga dengan teman-temannya. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk staycation di salah satu hotel bintang di Braga. Mereka sepakat memilih waktu Jumat malam untuk menginap. Memilih waktu tersebut karena besoknya  sudah memasuki akhir pekan sehingga tidak ada yang akan menganggu liburan. Hanya berkomunikasi di grup WhatsApp mereka melihat penampakan hotel itu cukup bagus. Walau tidak terlalu tinggi, di lantai 17 terdapat rooftop bar lengkap dengan kolam renangnya. Selesai review, mereka melakukan pemesanan secara online. Jumat malam satu persatu mendatangi hotel tersebut dan yang terakhir datang malam itu pukul 21:00 WIB. Di situlah horornya, ada satu dari mereka yang melihat sosok aneh dalam kamar hotel. Dan tanpa pikir  berlari keluar dan diikuti yang lainnya. Tanpa berpikir panjang mereka berlari keluar hotel tanpa ingin melihat lagi ke belakang. Dan apa yang terjadi? Ternyata sampai di luar mereka melihat  hotel yang mereka masuki sudah diikat dengan garis polisi dan nyaris 1 tahun tidak beroperasional. “Seperti itu horornya…â€ ungkap Hasan.  Malampun makin larut dan kita harus meninggalkan Jalan Braga dan Kota Bandung. (shn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: